Sabtu, 28 September 2013


karya Intan Alita D.

Aku sangat benci Cancer. Eits, jangan salah. Yang ku maksud di sini adalah penyakitnya, bukan zodiaknya. Aku sangat membenci Tuhan. Ya, karna Tuhan telah membuat hidupku menjadi sesuram sekarang. Aku masih terlalu lemah untuk semua ini. Dahulu aku sangat bahagia. Tapi tidak untuk sekarang. Hal ini dikarenakan kanker yang menyerang pada tubuh mungilku ini. Aku tak dapat bergerak bebas seperti dulu lagi


***


Mentari bersinar begitu cerahnya. Membakar kulit coklatku secara perlahan. Aku berlari kegirangan. Aku merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Berlari kian kemari selayaknya remaja seusiaku. Rara, itu nama panggilanku. Rara adalah singkatan dari Rastika Ravansya. Aku masih duduk di bangku kuliah semester 2. Zodiakku Cancer. Karna itu aku sangat menyukai Cancer, zodiak yang dilambangkan dengan kepiting. Siang pun tiba. Akhirnya aku menyerah melawan teriknya matahari ini. Baiklah, aku berhenti berlari di tengah lapangan siang ini. Aku mengambil tas ranselku berwarna merah dan lekas pergi ke tempat les piano. Aku sangat menyukai permainan piano. Bagiku, nada demi nada yang dikeluarkannya itu sangat indah membuat hatinya terhanyut saat mendengarnya.


Aku adalah gadis paling beruntung :)
Mengapa? Ya karena hidupku begitu sempurna. Aku tak membutuhkan apapun. Yang kubutuhkan adalah piano. Aku tak peduli seberapa orang yang membenciku. Aku tak peduli akan dunia luar. Yang penting aku dapat memainkan lantunan merdu dari alat musik ini.
Esoknya, guruku memberiku tiket seminar. Katanya sih buat menambah ilmu saja. Yasudah aku mengiyakannya. Aku pun pergi seorang diri. Tak ada yang kukenal di sana. Seminar kesehatan ini membuatku merasa mengantuk. Aku tak kuasa menahan kantukku dan tertidur. Tak lama, seorang pria membangunkanku. Seketika aku terbangun dan kudapatkan di sekelilingku sudah kosong tak ada siapa pun selain aku dan dia. Aku tak mengenalnya. Sontak aku kaget dan berteriak. Ia berusaha menenangkanku. Oh, jadi dia adalah salah satu mahasiswa di universitas ini. Aku tak peduli karna aku tak tertarik padanya. Ia berusaha mengejarku. Aku berlari hingga tak sadar buku pianoku terjatuh. Pria itu mengambilnya.


Sesampai di rumah, aku panik karna tidak menemukan buku piano itu. Aku mencari hingga ke dalam tas ranselku tapi tak ketemu. Bagaimana ini?! Pikirku panik. Aku tak bisa tidur. Pikiranku tertuju ke buku itu. Buku itu sangat penting bagiku. Karna itu adalah satu-satunya peninggalan dari alm Ayah. Aku menangis dan terus menangis. Tak lama terdengar bunyi bel rumah. Seorang mahasiswa yang tadi kutemui di seminar. ternyata dia membawa bukuku dan menceritakan semuanya. Namanya Rajas. Mahasiswa jurusan kedokteran semester 4. Semenjak itu aku dan dia menjadi lebih dekat. Jujur, dia adalah satu-satunya pria yang setia mendampingiku. Aku merasa nyaman berada di dekatnya. Entahlah, aku tak tau apa yang kurasakan. Aku menikmati kehidupanku.


Hari demi hari. Jadwalnya semakin padat. Hingga hanya sedikit memiliki waktu untuk menjumpaiku. Sepi. Aku hanya mencurahkan ke dalam lantunan piano. Tiba-tiba, darah bercucuran dari hidungku. Aku merasa pusing yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku pingsan. Tak ada satupun di sini selain aku. Aku tersadar. Begitu tersadar, aku sudah berada di ranjangku dengan kompres di kepalaku. Rajas tertidur di sofa kamarku. Aku masih merasakan pusing. Rintihanku membuatnya terbangun. Ia menyuruhku untuk beristirahat. Aku menurutinya. Rajas memintaku untuk periksa ke dokter. Aku tak mau. Karna aku tak mau membuatnya khawatir, aku mengatakan semuanya baik-baik saja. Namun aku tau, aku tak mungkin membohongiku sebodoh apapun mahasiswa bodoh ini. Esok aku tak pergi ke tempat sekolah musikku. Rajas meminta ijin kepada guruku.


Semakin hari aku merasakan sakit. Selalu sakit itu muncul saat aku memainkan pianoku. Aku tak berani memeriksakan diri. Hingga akhirnya aku tak tahan dengan semua sakit ini. Rajas tak dapat mengantarku karna jadwalnya sangat sibuk. Aku juga tak mau membuatnya repot karnaku. Pemeriksaan pun dimulai. Di sini aku merasakan keanehan. Dokter yang memeriksaku seakan bingung akan sakitku. Pemeriksaan bertele-tele pun dimulai. Aku harus melewati tahap demi tahap. Hari demi hari. Sungguh ini sangat membosankan. Aku mendapatkan hasilnya. Alangkah kagetnya aku ketika aku mengetahui bahwa aku mengidap kanker. Air mataku membasahi pipiku yang merah ini. Aku tak tau apa yang harus aku katakan pada Rajas, seseorang yang aku cintai. Aku merahasiakannya. Namun aku juga terlalu bodoh untuk itu. Hari demi hari, sehelai rambut pun gugur dari kepalaku. Rambutku menipis. Berat badanku menyusut seakan tak ada lemak dalam kulitku.


Rajas selalu bertanya keadaanku. Aku hanya dapat mengatakan "aku tak apa". Aku tau dia mencemaskanku. Aku tak mau membuatnya begini karna ku. Ia terlalu sibuk untuk mengurusku. Aku takmau ia gagal untuk lulus menjadi sarjana dokter seperti yang dicita-citakannya. Esok aku akan pentas. Ini adalah pementasan pertamaku. Awalnya aku takut keadaanku akan drop. Tapi aku pasti bisa! Sepertinya semua baik-baik saja. Aku menikmati permainan musikku. Mungkin untuk yang terakhir kalinya aku pingsan saat pementasan itu berlangsung. Rajas menggendongku dengan paniknya menuju rumah sakit. keringatnya bercucuran begitu banyak. aku melihat mukanya yang ingin menangis. aku tak kuat untuk berbicara. aku hanya dapat menangis melihatnya. akhirnya Rajas mengetahui bahwa aku terkena kanker. Ia memarahiku. Aku hanya tersenyum. Ini pertama kalinya ia memarahiku, mungkin untuk yang terakhir kalinya.


Rajas begitu mencintaiku. begitupun denganku. seandainya aku memiliki waktu yang lebih banyak. aku ingin menghabiskan waktuku dengannya diiringin oleh musik merdu piano. aku tak ingin meninggalkan dunia yang indah ini. tapi aku juga tau, malaikat kematian berada di dekatku untuk menjemputku. Rajas setia menjengukku setiap hari hingga ia mengerjakan skripsinya di rumah sakit, begadang untuk menemaniku. aku orangnya memang egois dan manja. tetapi aku tak pernah mendengarnya mengeluh karna sifat burukku ini. seandainya aku memiliki waktu lagi, aku ingin membahagiakanmu.


14 Februari. Hari Valentine. aku masih terbaring lemah dengan alat bantuan di sekeliling badanku. aku merasa hidup ini hampa. tetapi ternyata tidak, Rajas datang memberiku sekuntum bunga mawar kesukaanku dan juga boneka yang sangat kuimpikan. tapi aku tak mampu memeluknya. aku terlalu lemah untuk itu. Rajas hanya tertawa dan memberiku selamat. Aku tak memiliki tenaga untuk berbicara. Seandainya..seandainya aku mampu berbicara 1 kalimat saja. Aku ingin mengatakan "aku sayang kamu" untuk pertama dan terakhir kalinya. Rajas menangis dalam pelukanku berharap aku tak meninggalkannya. Aku ingin membalas pelukannya. Aku ingin mengatakan bahwa aku sayang kepadanya. Namun, aku sudah tak memiliki cukup waktu dan harus meninggalkan dunia penuh kenangan bersamamu untuk selamanya.

selengkapnya menganai karya intan alita bisa liat blognya dia

Rabu, 18 September 2013

An Unforgetable Imaginary Kisses



karya Yukie Peramesti


Narrator     : Long long time ago there life a man with his 3 years old daughter. The man’s job was selling many kinds of                         paper.
The man    : Oh… no! What a naughty girl. What are you doing there?
The girl      : Nothing …Dad
The man    : Oh… dear! Why do you use my gold paper?
The girl      : I like it, Dad
The man    : But it’s too expensive. I don’t have any money to buy another gold paper.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Narrator     : The next morning, the little girl brought the box to his father as a gift for his birthday party.
The girl      : Happy birthday Daddy. It’s for you.
The man    : What’s it? Hm… thanks dear! (Open the box)                
                    You are a naughty girl (throw the box)
The girl      : Oh Daddy. It isn’t empty at all. I blew kisses into the box. They’re special for you.
The man    : I’m sorry dear. Please forgive my rudeness.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Narrator     : The next day, the little girl wanted to go to the school. She  went to Playgroup with his father.
The man    : Bye bye dear… Daddy want to go to the office. Don’t be a naughty girl.
The girl      : Ok …Daddy
The man    : Dear…if your class finish, don’t go there (his hand point a place at the cross of the street.)
The girl      : Ok…but why, dad?
The man    : Because it’s dangerous. Ok dear…bye…bye…
The girl      : Yeah…Bye…bye…
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Narrator     : It walked smooth. The man went to the office and the girl  played and studied in her school. But … … … …
                    Only a short time later, an accident took the life of the little girl.
The rider    : Na… … Na… … Na … …(ride a motorcycle)
                     A… .. .. A ..( he shocked to see a little girl facing on the street)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Narrator     : The rider can’t put on the brake. Then he hit the girl . Bruuukkkss…brrruuuakkkkkksss……
                    The girl fanted and the motorcycle was broken.
The rider    : Dek…dek… please get up…
                    (she sees a handphone and call her father) Hello 0812345678
The man    : Yeah… who are you?
The rider    : I am Tati. Your girl has an accident. Please come to the  Playgroup immediately…!
The man    : Ok…ok… I go there
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Narrator     : After one hour, the man arrive at school, and he saw his girl  fanted. Then they brought the girl to the                          hospital.
In the hospital… …
The man    : Please… please… doctor… help my girl…
Doctor        : We are sorry. We tried to help your girl. But…. Its late
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Narrator     : The next day, corps of the girl were returned to her house.
The man    : Oh my God… what happened to my daughter..?                    
                    Oh no…no….no…
                    Good bye my dear…good bye…
                    I’ll never forget your imaginary kisses and your love for me…
                                                                            ❀❀❀_THE END_❀❀❀

Sahabat Mistis Dalam Mimpii


karya Intan Noviyanti

Aku Bunga , anak seorang tukang bakso pinggir jalan. Aku sekolah di SMP Nusa Bangsa. Aku sangat beruntung sekolah disana. Karena aku mendapatkan beasiswa , sehingga orang tua ku tidak susah payah untuk menyekolahkanku. Di sekolah, aku sering ditindas, sering di ejek. Aku tau, aku hanya anak seorang tukang bakso. Yang tidak mempunyai penghasilan yang cukup. Tapi aku juga manusia. Aku layak menuntut ilmu disini. Sama seperti teman-temanku yang lain.
“hey teman-teman, liat nih anak tukang bakso lewat !” ledek seorang laki-laki ketika aku melewati koridor sekolah.
Aku hanya terdiam mendengar ejekan mereka. Aku melanjutkan langkah ku menuju ke kelas. Setibanya di kelas, aku di lempari tepung dan dijatuhi air dari atas pintu masuk ke kelas. Aku sangat kesal saat itu. Tapi aku mencoba untuk sabar.
“Eh,Bunga !  anak tukang bakso ! hahahaha .. “ ejek Mita, seorang anak pemilik sekolah ini. Ia cantik, manis, dengan rambut panjang sebahu yang selalu digerai nya. Tapi sayang, dia sombong, suka menindas yang lemah. Tapi, mungkin karena ia anak pemilik sekolah, jadi ia berlaku semena-mena seperti itu.
Kemudian aku berlari menuju toilet untuk membersihkan baju dan rambutku. Tiba-tiba, ada sesosok bayangan putih yang mendekatiku. Aku kaget, aku takut, lalu aku hanya menutup mataku. Ia berbisik padaku , “ Bunga, jangan takut. Aku hanya ingin berteman denganmu. Aku  Citra, aku pernah terbunuh di toilet ini, dan yang membunuhku itu adalah Mita. “
Aku hanya mendelik ketika mendengar bisikan itu. Lalu aku berlari menuju ke kelas. Di kelas, aku hanya merenungi bisikan tadi. “apa mungkin, Mita tega membunuh seorang temannya?” pikirku dalam hati. “mungkin saja” bisikan itu kembali terdengar di telingaku.  “Citra?! “ pikirku. Dia kembali berbisik di telingaku. Tapi , kenapa hanya aku yang mendengar bisikan itu, dan kenapa hanya aku yang bisa melihat Citra? Aku bertanya-tanya dalam hati.
Sesampai dirumah, aku mulai memikirkan bisikan Citra tadi. “Mita? Seorang pembunuh? Apa mungkin? “ ucapku.
“pembunuh? Siapa yang dibunuh nak? “ tiba-tiba ibuku berdiri disampingku.
“hm, bukan siapa-siapa bu. Hanya dialog drama di sekolahku.” Bohongku kepada ibu.
“syukurlah nak, ibu kira ada pembunuh di sekolahmu “ ucap ibu
“tidak kok bu.. “ jawabku berbohong.
Kemudian ibu keluar dari kamarku. Aku sudah berdosa. Aku telah membohongi ibuku. Aku sangat bersalah.
Keesokan harinya ....
“Bu, aku berangkat sekolah dulu ya,,” pamitku.
“hati-hati ya nak.. “ ucap Ibu
“baik Bu, “ jawabku.
Aku berangkat sekolah jalan kaki. Sekolahku juga tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku tidak ingin merepotkan orang tuaku untuk mengantar-jemput ku.
Di sekolah, seperti biasa ...
Aku pasti di ejek oleh teman-temanku. Tapi aku hanya tersenyum menanggapinya. Aku tidak ingin merasa risih di sekolah ini.
“Bunga ..” bisikan itu datang lagi ..
“Citra? Kamu mengikutiku? “ tanya ku.
“Ya, aku selalu berada di sampingmu. “ ucap Citra
“Kenapa kamu mengikuti ku? “ tanya Bunga.
“karena aku tau, kamu adalah anak yang baik, aku ingin bersemayam di tubuhmu .” jawab Citra
“Hah?! Di tubuhku? Kamu mau merasuki tubuhku?  Tidakk, tidak . aku tidak mau . !!” teriakku.

“Bunga.. Bunga .. bangun ini sudah pagi. “ teriak seorang wanita dari sampingku. Ternyata ibuku.
“Ibu? “ tanyaku.
“Iya bunga.. Kamu dari tadi teriak-teriak bilang tidak, tidak ..” ucap Ibu
“Jadi.. semua itu hanya mimpi ? “ tanyaku dalam hati
“Sudah sudah .. sekarang kamu cepetan mandi. Nanti kamu terlambat sekolah “ pinta Ibu.
“Baik Bu .. “ jawabku .

“Huhh, ternyata semua itu hanya mimpi. Syukurlah, lagi pula .. mana mungkin kalau Mita seorang pembunuh. Hahahaha .. ada-ada saja ..” ucapku.
Lalu, sesosok bayangan putih terlihat di depan cermin, dan dia tersenyum padaku.
“Citra ??!! “ aku terkaget
Lalu bayangan itu hilang di tiup angin. Hilang begitu saja. “Sudahlah, itu semua hanya mimpi, tidak mungkin menjadi kenyataan” pikirku dalam hati .
Kemudian aku melanjutkan aktivitasku seperti biasa .

Aku Tak Sendiri

karya fransiska olivia

Tinggal dikota yang padat dan ramai membuat ibu tidak tenang membiarkan anakny yang masih kecil berjalan sendiri setiap pulang sekolahnya. Itulah sebabnya ia meminta tolong anak tetangga sebelah untuk mengantar saya pulang dari sekolah tiap hari. Untuk tugas ini ibu memberi 5 sen sehari atau 25 sen seminggu.
     Pada saat sy naik kelas 2, sy mulai menyadari bahwa keluarga kami yg miskin telah mengeluarkan uang cukup banyak untuk membayar anak tetangga mengantar sy pulang dari skolah. Oleh sbab itu, sy mengajukan permintaan pada ibu,"Bu, mulai hari ini kita tidak perlu membayar anak tetangga untuk mengantar sy pulang dari sekolah. Saya akan berjalan sendiri dan bila ibu berikan 5 sen seminggu pd sy, maka sy akan berjalan dengan sangat hati-hati dan ibu dapat menghemat 20 sen sisanya." Saya terus memohon sampai akhirnya ibu mengabulkan permintaan sy.
      Sudah selama 2 tahun sy berjalan dari sekolah pulang ke rumah sendiri . kurang lebih berjrak 8 blok dg beberapa pnyebrangan , tp sy menyebrang dg sangat hati-hati.
      Saya tidak bercakap-cakap dengan orang yang tidak saya kenal . Saya selalu berjalaN tidak menyimpang , sy melakukan persis seperti janji sy & sy mlakukannya seorang  diri- menurut sy.
      beberapa tahun telah berlalu dan saat itu kmi smw berkumpul-kumpul dlam sbuah acara keluarga. Saat bercakap-cakap, dgan bangga sy menceritakan pglamn sy sbg anak yg dpt berdiri sendiri. Saya critakan bgmana sy brjlan plang sendiri tanpa diantar ibu / anak tetangga.
      di luar dugaan , ibu tertawa saat mendengar cerita sy dan ia pun menceritakan pristiwa sesungguhnya, " Apa kamu pikir engkau akan melakukunnya sendiri? Setiap pagi km brgkt, ibu brgkt brsamamu. Saya slalu bersembunyi, tapi sy slalu ada brsamamu. saya ingin berada disisimu pada saat engkau memerlukan saya." Ternyata ibu slalu ada bersamaku...